Senin, 23 Januari 2012

Gerbang” Menuju Lucid Dream Experience (Pengalaman Para “Pengendali Mimpi”)

        “Suatu malam menjelang terlelap.. Saat berbaring dan kesadaran hampir menipis, Saya merasa tubuh saya tiba-tiba tidak bisa bergerak. Badan terasa berguncang kuat. Seperti ada gempa yang hanya dirasakan oleh diri saya sendiri. Tubuh saya tetap di tempat tidur, tapi kok rasanya naik ke atas setinggi-tingginya dan dihempaskan, dijatuhkan ke bawah sekuat-kuatnya. Rasanya seperti naik jet coaster, Kora-Kora, ato Halilintar di Dunia Fantasi. Kata orang Sunda sih ngalenyap. Rasanya lumayan menyenangkan, sedikit deg-degan, ada sensasi yang hanya bisa digambarkan seperti (yang saya bilang) naik jet coaster tadi. Saya merasakan itu berulang kali dalam durasi yang cukup panjang. Lama-kelamaan fenomena itu akan berhenti dengan sendirinya saat kesadaran hilang dan saya masuk ke alam mimpi… Tapi saat ada di alam mimpi pun saya sering menyadari mimpi saya”, ungkap seorang kawan.
        Seorang kawan lainnya mengatakan, “Dalam tidur saya, saya sadar. Seringkali saya mendengar dengan jelas suara orang bercakap-cakap di sekitar saya. Ada yang menggunakan bahasa asing, seperti Jerman, Inggris, Arab. Kadang ada suara orang mengaji. Suara itu keras sekali. Seperti di dekat telinga. Saya engga tahu apa itu suara orang, jin, atau halusinasi saja. Itu bukan mimpi karena saya sadar lho. Itu terjadi sejak saya duduk di bangku sekolah dasar. Kalau saya menginap di rumah teman, selalu terdengar suara nenek-nenek dan kakek-kakek tertawa terbahak. Menakutkan? Karena sudah terbiasa, saya enggak merasa takut tuh. Biasa aja. Cuma cape aja. Mau tidur diganggu ama yang kayak gitu.”. Begitu ungkapnya sambil menghela napas.

Pengalaman dua kawan saya (narasumber dalam riset saya tentang mistisisme) di atas adalah pengalaman subyektif mereka mengenai tidurnya. Pengalaman itu muncul dan dirasakan bukan pada saat ia tertidur, melainkan fase menjelang tidur. Lalu, pengalaman apakah itu? Apakah itu eureup-eureup, tindihan, diganggu hantu, jurig, ririwa, jin dan sebagainya? Ataukah itu fenomena yang berbeda dengan tindihan?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Fenomena Tindihan : Antara Medis, Sain dan Mistis), eureup-eurep/tindihan/sleep paralysis adalah fenomena sulit bergerak saat tidur yang dapat menimbulkan ketakutan bagi si pelaku. Rasa takut itu bisa jadi personal atau situasional, artinya bisa jadi rasa takut muncul dari dalam diri dengan sendirinya karena memang penakut, atau muncul karena situasi/kondisi tindihan yang tidak menyenangkan, atau terganggu oleh obyek yang dirasakan berasal dari luar dirinya, yang dianggapnya adalah hantu, jin, dsb.
Berbeda dengan eureup-eureup, fenomena yang diungkapkan di awal ulasan ini bukanlah fenomena yang  menyeramkan dan menakutkan. Justru fenomena itu katanya “lumayan menyenangkan”, “ada sensasi naik jet coaster”, “sadar sedang bermimpi”.
Menurut saya ada beberapa “teori” yang dapat menjelaskan fenomena yang dialami seperti diungkap di atas.
  1. Bila menimbulkan rasa takut, panik, susah bernapas, tidak nyaman, tidak menyenangkan, bisa jadi itu adalah murni fenomena tindihan yang bagi sebagian orang adalah gangguan jin atau bisa jadi karena otak masih aktif bekerja (baca : Fenomena Tindihan : Antara Medis, Sain dan Mistis). Karena takut, pelaku sekuat tenaga membangunkan dirinya. 
  2. Bila tidak menimbulkan ketakutan, kepanikan, kengerian, bisa jadi itu adalah tahap awal menuju pengendalian mimpi atau LUCID DREAM bahkan ASTRAL PROJECTION. 
  3. Fenomena tindihan memang terasa menakutkan, tetapi kita mengabaikan rasa takut. Ketakutan itu muncul karena kita khawatir terhadap situasi yang unik. Jadi sebenarnya stimuli itu tidak perlu ditakuti. Bila kita tenang, tidak panik dan menguasai diri dalam kondisi tindihan, maka selanjutnya akan menuju LUCID DREAM bahkan ASTRAL PROJECTION..
Berdasarkan “teori” pertama, tindihan BERHENTI dengan bangunnya si pelaku. Pelaku bangun karena merasa ketakutan akan fenomena tindihan. Merujuk pada “teori” kedua dan ketiga, tindihan baik yang menakutkan ataupun menyenangkan, bila kita tenang, tidak panik, membiarkan fenomena itu, maka kita dapat lanjutkan pada fenomena (tahap/fase) LUCID DREAM. Jadi, antara “teori’ yang kedua dan ketiga terdapat keterkaitan. Tindihan adalah “gerbang” menuju LUCID DREAM.
Istilah  LUCID berasal dari bahasa Latin “Lux”, artinya “cahaya” dan “dream” artinya mimpi. Dalam bahasa Indonesia Lucid Dream bisa diartikan sebagai “mimpi yang jelas” atau “mimpi cerah”, atau “mimpi terang”. Dalam bahasa saya sendiri, Lucid Dream (LD) disematkan pada mimpi yang kita sadari. atau kita menyadari kalau kita sedang bermimpi. Kita bisa melakukan apapun dalam mimpi. Biasanya untuk “pemula”, mereka memiliki keinginan bertemu dengan wanita yang disukainya :D
Untuk yang sudah terbiasa LD, mereka mencoba hal lainnya yang lebih bermanfaat seperti pergi ke tempat tertentu, bertemu dan bercakap-cakap dengan orang yang dikasihinya yang telah tiada barangkali salah satu di antaranya.
Untuk memahami apa itu Lucid Dream, nggak usah jauh-jauh. Yang paling mudah, tontonlah INCEPTION. Dalam film besutan Christoper Nolan, Leonardo Di Caprio, dkk adalah para pengendali mimpi. Mereka mampu mengendalikan mimpi. Melalui mimpi yang terhubungkan satu sama lain, mereka mampu mengorek informasi penting dari lawan mereka atau mempengaruhi orang untuk mengambil keputusan penting. Mimpi mereka pun berlapis-lapis. Artinya ada tingkatan kedalaman mimpi atau tingkat keterlelapan (LUCIDITY).

Didasarkan pada pengalaman pribadi, menurut saya Lucid Dream dapat dibagi menjadi dua :
1. Lucid Dream yang disengaja (LDD). Kita sebagai pelaku mimpi memang berusaha mendapatkan pengalaman LD. Jelang tidur kita berkonsentrasi penuh untuk mencapai LD. Caranya? Mengatur napas, menjaga kesadaran, dan buat “tubuh” kita berguling. Yang dimaksud dengan tubuh disini bukan tubuh kita secara fisik melainkan keinginan yang kuat untuk berguling sementara tubuh kita diam tak bergerak. Pada titik tertentu, yakni batas antara menipisnya kesadaran dan menguatnya keterlelapan tiba, biasanya tubuh kita terasa berguling. Serasa kita lepas dari tubuh. saat itulah kita masuk dalam Lucid Dream. Kita bisa mengatur mimpi sekehendak kita asalkan tidak terlelap lebih dalam atau LD kita terseret pada arus keterjagaan (bangun). Biasanya bila “waktunya” habis terasa kita berpindah kepada mimpi lain yang tidak kita atur atau bangun dari tidur. Biasanya pengalaman Erotic Lucid Dream didapatkan pada LDD, barangkali disebabkan oleh salah satu kebutuhan biologis manusia akan hal itu namun sebaiknya lakukan hal lain yang lebih terhormat :)
Seorang narasumber riset saya bercerita,
“Jelang tidur saya konsentrasi untuk terkena tindihan.. Lalu, dalam mimpi saya berada di ruang tamu rumah saya yang lama. Karena tidak mau mengisi mimpi dengan hal-hal jelek maka saya memutuskan untuk shalat Isya dalam mimpi. Saya shalat mulai takbiratul ihram hingga salam. Sebenarnya saya khawatir bila saya keburu bangun seperti biasanya, namun saat itu Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan shalat saya tanpa keburu bangun. Bahkan saya masih bisa mengerjakan hal lainnya setelah shalat Isya dalam tidur saya itu”.
2. Lucid Dream yang Tidak Disengaja (LDTD). Kita sedang tidur dan bermimpi, tiba-tiba di tengah-tengah mimpi itu kita menyadari bahwa kita sedang bermimpi. Misalkan, kita bermimpi ingin pipis. Saat di kamar mandi kita buka celana namun alangkah kagetnya kita sama sekali tidak bisa membuka kancing celana maupun risletingnya, seolah-olah licin bahkan tak tersentuh. Saat itulah kita sadar bahwa kita sedang bermimpi dan berusaha “mengembalikan” diri kita yang sedang berada di kamar mandi untuk kembali ke kamar dan bangun.
Bagaimana dengan anda, pernahkah mengalami “sadar sedang bermimpi”? Mungkin anda pernah bermimpi terbang dan andalah yang mengendalikan mimpi itu? Anda sadar sedang bermimpi. Anda terbang mulai dari jalan menuju atap-atap rumah, lalu lebih tinggi lagi anda mengangkasa hingga sampailah di perbukitan indah nan tenang dan syahdu. Anda terbang di atas pepohonan cemara hijau dan putuskan untuk turun perlahan. Anda tidak mengenali tempat itu dan anda hanya seorang diri, atau barangkali anda bertemu seseorang di sana… Pernahkah anda rasakan itu??

Mengenai kesadaran dalam mimpi (maksudnya kita nyadar kalo kita sedang bermimpi), pengendalian mimpi sekehendak hati pelaku/penjelajah mimpi, itu memang benar, tetapi bila Lucid Dream dapat menghubungkan mimpi beberapa orang pelaku yang berbeda seperti dalam Inception, tampaknya itu harus diuji. Mungkin harus diriset. Caranya? Para pengendali mimpi (Dream bender, jiga Avatar wae nya.. The Last Air Bender :D ) mencoba Lucid Dream secara bersamaan dan menghubungkan Lucid Dream mereka. Bila terdapat keselarasan pengalaman berdasarkan cerita mereka setelah bangun insya Allah Lucid Dream dapat terhubungkan satu sama lain. Jadi sifatnya tidak lagi personal.
Wallahu a`lam.

(Penjelasan tentang Lucid Dream dan Astral Projection secara lebih mendalam lagi akan dibahas pada ulasan selanjutnya.Upami Allah masih ngawidian, upami masih dipasihan waktos ku Allah… Amin)

http://imultidimensi.wordpress.com/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar