Rabu, 11 Januari 2012

Mana peluru selanjutnya?

lahir di solo, tidak lahir dari keluarga yang berada. bapaknya hanya seorang tukang becak, tidak ditutup-tutupinya.

"Jangan lupa kekasihku

Jika kau ditanya siapa mertuamu

Jawablah : yang menarik becak itu

Itu bapakmu kekasihku"

(jangan lupa kekasihku_ Mencari tanah lapang)

dia tidak merasakan SPMB bahkan wisuda. ijasah terakhirnya pun hanya tamatan SMP, menyambung hidupnya hanya dengan berjualan koran, calo tiket bioskop, dan tukang pelitur.bukan tukang kibul, bukan maling. hanya berijasahkan smp, dia menjadi orator handal dalam banyak gerakan pada aksi petani di ngawi, gerakan 98 saat rezim soeharto. tapi bukan orator handal namanya kalo belum pernah merasakan selongsong senapan petugas, kalau kalian pernah liat foto dia, perhatiin deh mata kirinya. itu pelajaran buat kita, bahwa bangsa ini sangat mengenal akrab kekerasan.

"Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alas an

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata : LAWAN”

(Peringatan_ Mencari tanah lapang)



apa guna punya ilmu tinggi

kalau hanya untuk mengibuli

apa guna banyak baca buku

kalau mulut kau bungkam melulu

di mana-mana moncong senjata

berdiri gagah kongkalikong

dengan kaum cukong . . .



Pahlawan? dia pahlawan? hahahaha, ya ga lah. buku sejarah terlalu sempit untuk menyantumkan namanya, atau mungkin memang sengaja orang-orang seperti dia disembunyikan dari sejarah karena dianggap noda hitam dari sistem di Indonesia.biasanya kalau pahlawan itu kan yang berpegang senjata, tapi mas yang satu ini cuma akrab sama pulpen.

jika tak ada mesin ketik

aku akan menulis dengan tangan

jika tak ada tinta hitam

aku akan menulis dengan arang

jika tak ada kertas

aku akan menulis pada dinding

jika aku menulis dilarang

aku akan menulis dengan

tetes darah!



Pernah liat buku yang judulnya "aku ingin jadi peluru" ? haha, ya mending beli buku kiat sukses, cara menaklukan wanita atau sms lucu daripada buku kaya gitu. tapi gapapa, buku seperti itu memang sudah pasti sepi peminat, wong penulisnya aja ga terkenal, terus juga di sampul bukunya ga ada tulisan "BEST SELLER", ga banget lah ya buku gitu.

kuterima kabar dari kampung

rumahku kalian geledah

buku-bukuku kalian jarah

tapi aku ucapkan banyak terima kasih

karena kalian telah memperkenalkan

sendiri pada anak-anakku

kalian telah mengajar anak-anakku

membentuk makna kata penindasan

sejak dini

ini tak diajarkan di sekolahan

tapi rezim sekarang ini memperkenalkan

kepada semua kita

setiap hari di mana-mana

sambil nenteng-nenteng senapan



sudah 13 tahun sejak 27 juli 1998 kepergianmu, aku memang tidak sempat mengenalnya atau melihat sosoknya. tapi kucoba membaca karyanya hanya untuk sekedar berkenalan dengan isi kepala tamatan smp, pedagang asongan, atau buruh. Wiji thukul namanya, kata temanku wiji thukul itu artinya biji yang akan tumbuh, entah benar atau salah. aku sepakat! biji itu tumbuh, terus tumbuh dan akan kami coba sirami. sudah 13 tahun kami menunggu kepulanganmu wiji, atau hanya sekedar mendengar kabar apakah kau masih hidup atau sudah meninggal.

aku pasti pulang

mungkin tengah malam ini

mungkin subuh hari

pasti

dan mungkin

tapi jangan

kau tunggu

wiji, Indonesia sekarang seperti tanpa peluru.



notes ini hanya sedikit perkenalan saja untuk saling share karyanya. bulan ini, agustus bulan kelahirannya. mengundang teman-teman untuk datang dalam acara mengenang, mencari, mengapresiasikan wiji thukul dengan judul "mana peluru selanjutnya?" bila kita tidak bisa menjadi peluru yang kapan saja siap mengancam dada penguasa dzalim, maka berkumpullah untuk menjadi mesiu BOM.



NB: untuk waktu dan tempat nanti dikonfirmasi lagi

Sumber: Sandhy Kopong Nugraha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar