lahir di solo, tidak lahir dari keluarga yang berada. bapaknya hanya seorang tukang becak, tidak ditutup-tutupinya.
"Jangan lupa kekasihku
Jika kau ditanya siapa mertuamu
Jawablah : yang menarik becak itu
Itu bapakmu kekasihku"
(jangan lupa kekasihku_ Mencari tanah lapang)
dia tidak merasakan SPMB bahkan wisuda. ijasah terakhirnya pun hanya
tamatan SMP, menyambung hidupnya hanya dengan berjualan koran, calo
tiket bioskop, dan tukang pelitur.bukan tukang kibul, bukan maling.
hanya berijasahkan smp, dia menjadi orator handal dalam banyak gerakan
pada aksi petani di ngawi, gerakan 98 saat rezim soeharto. tapi bukan
orator handal namanya kalo belum pernah merasakan selongsong senapan
petugas, kalau kalian pernah liat foto dia, perhatiin deh mata kirinya.
itu pelajaran buat kita, bahwa bangsa ini sangat mengenal akrab
kekerasan.
"Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alas an
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata : LAWAN”
(Peringatan_ Mencari tanah lapang)
apa guna punya ilmu tinggi
kalau hanya untuk mengibuli
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah kongkalikong
dengan kaum cukong . . .
Pahlawan? dia pahlawan? hahahaha, ya ga lah. buku sejarah terlalu sempit
untuk menyantumkan namanya, atau mungkin memang sengaja orang-orang
seperti dia disembunyikan dari sejarah karena dianggap noda hitam dari
sistem di Indonesia.biasanya kalau pahlawan itu kan yang berpegang
senjata, tapi mas yang satu ini cuma akrab sama pulpen.
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
Pernah liat buku yang judulnya "aku ingin jadi peluru" ? haha, ya
mending beli buku kiat sukses, cara menaklukan wanita atau sms lucu
daripada buku kaya gitu. tapi gapapa, buku seperti itu memang sudah
pasti sepi peminat, wong penulisnya aja ga terkenal, terus juga di
sampul bukunya ga ada tulisan "BEST SELLER", ga banget lah ya buku gitu.
kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan
sendiri pada anak-anakku
kalian telah mengajar anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini
ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rezim sekarang ini memperkenalkan
kepada semua kita
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan
sudah 13 tahun sejak 27 juli 1998 kepergianmu, aku memang tidak sempat
mengenalnya atau melihat sosoknya. tapi kucoba membaca karyanya hanya
untuk sekedar berkenalan dengan isi kepala tamatan smp, pedagang
asongan, atau buruh. Wiji thukul namanya, kata temanku wiji thukul itu
artinya biji yang akan tumbuh, entah benar atau salah. aku sepakat! biji
itu tumbuh, terus tumbuh dan akan kami coba sirami. sudah 13 tahun kami
menunggu kepulanganmu wiji, atau hanya sekedar mendengar kabar apakah
kau masih hidup atau sudah meninggal.
aku pasti pulang
mungkin tengah malam ini
mungkin subuh hari
pasti
dan mungkin
tapi jangan
kau tunggu
wiji, Indonesia sekarang seperti tanpa peluru.
notes ini hanya sedikit perkenalan saja untuk saling share karyanya.
bulan ini, agustus bulan kelahirannya. mengundang teman-teman untuk
datang dalam acara mengenang, mencari, mengapresiasikan wiji thukul
dengan judul "mana peluru selanjutnya?" bila kita tidak bisa menjadi
peluru yang kapan saja siap mengancam dada penguasa dzalim, maka
berkumpullah untuk menjadi mesiu BOM.
NB: untuk waktu dan tempat nanti dikonfirmasi lagi
Sumber: Sandhy Kopong Nugraha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar